Saat Bpk Jokowi( sekarang presiden RI) menjadi gubernur DKI, Beliau dan bapak Ahok melakukan banyak perubahan. Banyak orang mengelukan dia, banyak pula yang mencaci.
Salan satunya adalah Para tukang sapu Ibukota.
Mereka merasa bersyukur bisa memperoleh gaji UMK yang mungkn saat itu sekitar 2 jutaan.
Bagi ibu-ibu tukang sapu itu, merupakan sebuah berkat memperoleh Gaji UMK. Walau gaji mereka kecil, mereka asih bisa membantu saudara yang lain, masih bisa berterimakasih, dan masih bisa bersyukur.
Merekalah yang saya sebut sebagai manusia bermental "kaya".
dengan apa yang mereka miliki, masih bisa memberi kepada orang lain, walau diri sendiri kesusahan. Mereka mungkin miskin, tapi tidak menggunakan kemiskinan sebagai alat untuk "memeras" orang lain, atau menggunakan kemiskinan sebagai alat untuk "mengemis".
Setalah menjadi presiden, Pak Jokowi kembali membuat kebijakan yang menuai pro dan kontra. Yaitu mengenai kenaikan harga BBM.
Demo dimana-mana. mengatas namakan rakyat miskin.
Well... kita lihat, siapakah yang "mereka" sebut rakyat miskin?
Apakah orang-orang yang setiap hari menggunakan sepeda motor dan mobil?
Atau orang yang di pelosok indonesia yang bahkan Berobatpun susah?
Gaji di atAS UMR, mempunyai Knedaraan bermotor lebih dari 1.
Setiap hari makan pasti di warung (padahal sudah punya rumah/kontrak) tapi tidak mau masak sendiri.
Kontrakan/rumah dipasangi AC.
HP Gonta ganti.
Merekakkah yang disebut "miskin" dan tidak mampu beli BBM?
Ya...mereka yang saya sebut bermental Miskin.
Jadi, mental Kaya atau mental Miskin tidaklah tergantung dari harta seseorang, tapi dari bagaimana orang tersebut menanfaatkan hartanya.
Itulah pilihan hidup,